Kamis, 25 April 2013

Perangkap Setan

Oleh : Achmad Hanif, S.Ag.

“Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya,(39) Kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis[1] di antara mereka".(40) #QS.Al-Hijr(15):39-40#

Dalam kitab Madarijus Salikin, Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah mengungkapkan lima strategi Iblis dalam menyesatkan manusia. Jika strategi pertama tidak berhasil, maka iblis menggunakan strategi (perangkap) ke dua, jika gagal juga, maka memakai perangkap ke tiga dan seterusnya. Dari perangkap pertama (paling kasar), sampai ke lima paling halus, sampai-sampai kita tidak terasa telah berada di dalam kubangan perangkap iblis tersebut.

Pertama, iblis laknatullah menawarkan kekufuran, menolak otoritas agama, menolak keyakinan kepada Tuhan, menolak ajaran Nabi, dan menolak kebenaran kitab suci. Bersama orang-orang kafir, syetan menghembuskan keragu-raguan kepada kaum muslimin terhadap agamanya sendiri. Mereka menghembuskan; bahwa agamalah yang menjadikan penganutnya terbelakang, terbelenggu, tidak modern, kolot, dan ketinggalan jaman.

Melalui strategi ini, iblis dan barisan orang-orang kafir menghembuskan isu, bahwa Islam bertentangan dengan Hak Asasi Manusia (HAM). Islam melegalkan praktek diskriminasi jender dengan menempatkan perempuan pada posisi di bawah pria. Islam mengajarkan sikap tidak bersahabat terhadap perbedaan dan cenderung memaksakan kehendak. Selain itu, bersikap absolutisme.

Kedua, iblis membiarkan kita beragama tetapi dalam waktu yang bersamaan mereka menjadikan kita melakukan bid’ah (mengada-adakan agama). Padahal Agama Islam sudah lengkap (sempurna), mengatur semua aspek kehidupan manusia. Sebagaimana firman Allah SWT :
“…, pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. …#QS.Al-Maaidah(5):3#

Iblis rela kita beragama, tetapi mereka menyelewengkan kita sehingga seolah-olah beragama padahal sesungguhnya kita sudah jauh melenceng dari ajaran Islam. Kita merasa mendapat pahala dari amalan-amalan kita, padahal amalan itu adalah bid’ah. Sadisnya, iblis menanamkan sikap fanatic kepada kita, sehingga setiap orang yang mengingatkan praktek bid’ah, maka orang tersebut kita lawan sebagaimana orang yang melawan agama.

Di sini syetan amat lihai. Ia memainkan pedang bermata dua. Sebagian kita dijadikan mudah untuk membid’ahkan yang lain, sementara sebagian yang lain lagi dijadikan fanatic terhadap ajaran (praktek) bid’ahnya. Masing-masing memutlakkan pendapatnya. Masing-masing menganggap dirinya dan kelompoknya yang paling benar. Perseteruan intern umat Islam di sini menjadi sangat seru, bahkan tidak sedikit yang berakhir dengan menelan korban jiwa di kedua belah pihak.

Ketiga, syetan menggoda kita lewat dosa-dosa besar, misalnya; berzina, minuman keras, dan membunuh. Didukung dan dikobar-kobarkan nafsu syahwat kita oleh media cetak dan elektronik.

“Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.” #QS.Al-Israa(17):32#

Kita dibuat gampang mengakses dan melakukan perbuatan maksiyat. Informasi kemaksiyatan sangat mudah diperoleh, berikut tempat, cara dan transaksinya. Lewat media pula, nafsu syahwat kita dirangsang, dipupuk, dan dikobar-kobarkan setiap saat dan tempat. Tak heran jika sebagian kita terjebak, masuk dalam jurang (kubangan) dosa yang mereka buat sendiri.Padahal Allah SWT berfirman :
“… dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.” #QS.Shaad(38):26#

Keempat, setan menjebak kita melalui dosa-dosa kecil. Iblis meniupkan pikiran nakal dalam hati kita, bahwa melakukan dosa kecil itu sangat manusiawi. Bukankah manusia itu tempatnya salah dan dosa? Bukankah dosa-dosa kecil itu bias dihapus dengan air wudlu, membaca istighfar, atau dengan perbuatan baik lainnya?

Banyak diantara kita yang sangat hati-hati dan bisa menghindar dari dosa-dosa besar, tetapi mereka lalai terhadap dosa kecil. ‘Ah, ini kan cuma dosa kecil!’ Padahal dosa kecil yang dilakukan terus-menerus bisa berakibat fatal juga. Jika dikumpulkan akan menjadi besar. Ironisnya, pelakunya tidak menyadari tumpukan dosa yang menggunung itu.

Kelima, syetan mempengaruhi kita agar sibuk melakukan hal-hal yang mubah sampai kita melupakan pekerjaan lebih penting dan strategis., termasuk melakukan ibadah. Kita disibukkan tidur panjang, nongkrong di warung hingga larut malam, bergadang tanpa tujuan, main musik, catur atau olah raga hingga terlena. Sampai-sampai waktu shalat atau ibadah diulur-ulur, dan lama-lama ibadah ditinggalkan tidak terasa. Kemudian ketika ada yang menegur (mengingatkan) bereka berdalih, ini kan urusan pribadi. Lagi pula, ini semua toh tidak dilarang oleh agama (mubah).

“Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan Perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan.” #QS. Luqman(31):6#

Dalam Tafsir Ibnu Katsir : lahwal hadiitsi ditafsirkan : cerita-cerita yang tak bermanfaat, suara-suara dan nyanyian-nyanyian tak berguna dan hanya menyesatkan manusia dari jalan Allah SWT.

“Demi masa.(1) Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,(2) Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.(3)” #QS.Al-‘Ashr(103):1-3#

---oooOooo---




[1] Yang dimaksud dengan mukhlis ialah orang-orang yang telah diberi taufiq untuk mentaati segala petunjuk dan perintah Allah s.w.t.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Theme Template Blog Free | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes