Rabu, 24 April 2013

Shalat Sebagai Tiang Agama



خطبة الاوال

الحمد لله الذي هدانا لهذا وماكنا لنهتدي لولا ان هدان الله اشهد ان لا اله الا الله وحده لا شر يك له واشهد ان محمد ا عبده ورسوله

اللهم صل وسلم وبا رك على محمد و على اله وصحبه اجمعين

اما بعد

فيا عبا د الله او صيكم ونفسي بتقو الله فقد فاز المتقون

قال الله تعا لى فى القران الكريم

اعوذبالله من الشيطا ن الجيم

اتل ما او حي اليك من الكتاب واقم الصوة انالصلوة تنهى عن الفحشا ء والمنكز ولذ كر الله اكبر والله يعلم ما تصنعون


Hadirin jamaah jumat rakhimakumullah.

Kwalitas iman seseorang dalam Islam dapat diukur dengan komitmennya terhadap pengamalan ajaran yang ada, baik itu yang berkaitan dengan kehidupan pribadi maupun sosial kemasyarakatan. Shalat sebagai salah satu dari rukun Islam tentu merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan bagi setiap muslim. Namun lebih dari itu sebetulnya shalat tidak hanya merupakan kewajiban tetapi juga merupakan kebutuhan bagi kaum yang beriman, karena shalat merupakan tiang agama. Begitu pentingnya kedudukan shalat dalam syari’at Islam, sehingga shalat merupakan kewajiban yang pertama kali harus dilaksanakan setelah seorang muslim mengakui kebenaran atas keberadaan Tuhan, yakni Allah SWT. Dan shalat itu akan memberikan manfaat yang sangat besar bagi orang yang mampu menyelami makna shalat, sekurang-kurangnya ia akan merasa sangat dekat dengan Tuhannya. Kebahagiaan hakiki bagi setiap muslim adalah manakala ia mampu mendekatkan diri kepada Sang Khalik, saat mana ia akan selalu merasakan begitu nikmat dan tenteram dalam menjalani hidup dan kehidupan. Walaupun dihadapkan pada berbagai masalah sebagai dampak dari modernisasi yang dibarengi dengan semakin berkembangnya teknologi dan informasi, yang di satu sisi menyebabkan kemajuan pola pikir dan di sisi lain juga menyebabkan merosotnya nilai-nilai moral umat manusia, tetapi dengan selalu dekat dengan Yang Maha Kuasa yakni Allah SWT. terutama melalui keistiqamahan dalam melaksanakan shalat, maka Insya Allah orang itu akan selalu dilindungi oleh Allah dengan selalu memberikan bimbingan dan petunjuk. Shalat dalam Islam mempunyai kedudukan yang sangat penting, sehingga Rasulullah SAW menyatakan bahwa shalat adalah tiang agama Islam. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

الصلا ة عما د الد ين فمن اقا مها فقد اقام الد ين ومن تركها فقد هد م الد ين

Artinya: “Shalat adalah tiang agama. Barang siapa yang menegakkan shalat, maka berarti ia menegakkan agama, dan barang siapa yang meninggalkan shalat berarti ia merobohkan agama.” (HR.Bukhari Muslim)

Hadirin jamaah jumat rakhimakumullah.

Hadits di atas merupakan suatu rujukan bahwa tegak dan tidaknya agama Islam pada diri seorang muslim tergantung pada keistiqamahan seorang hamba dalam melaksanakan shalatnya. Shalat tidak hanya dimaknai sebatas kewajiban, tetapi ruh shalat harus bisa memberikan warna yang sangat positif pada perilaku seorang hamba yang terpancar pada kesungguhan untuk selalu menaati Allah dan menjauhkan diri dari perilaku maksiat dan mungkar. Allah SWT berfirman :

Artinya : “Bacalah kitab (Al-Quran) yang telah diwayuhkan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (shalat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain) Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Surah Al-Ankabut : 45)

Hadirin jamaah jumat rakhimakumullah.

Ayat di atas seharusnya mampu menjadi bahan perenungan bagi setiap muslim khususnya umat Islam di Indonesia. Pertanyan yang seharusnya muncul dalam hati setiap muslim adalah, sudahkah shalat ini dilaksanakan dengan baik dan benar? Jika dalam kehidupan sehari-hari ternyata seseorang masih sering melakukan kemaksiatan dan kemungkaran, itu berarti ruh shalat belum merasuk ke dalam jiwanya. Jika akhlak mereka masih belum baik, itu pertanda bahwa dirinya belum menjiwai shalat yang dilaksanakannya. Dengan kata lain, shalat yang dilaksanakannya itu baru sebatas pada gerak badan saja tetapi hati tidak pernah sungguh-sungguh terlibat dalam shalat. Shalat yang demikian itu hanya bersifat rutinitas yaitu hanya sebagai pengguguran atas kewajiban yang membebani dirinya. Maka tidak heran jika di tengah-tengah masyarakat sering dijumpai orang yang rajin melaksanakan shalat tetapi tidak mendirikan shalat. Sebagai seorang muslim yang diciptakan oleh Allah sebagai makhluk yang bermartabat tinggi, maka seharusnyalah seorang muslim berusaha melakukan perubahan-perubahan terhadap pelaksanaan shalat seperti di atas agar umat Islam Indonesia mampu bangkit dari keterpurukan akhlak dan moral. Mereka harus mampu melakukan pendalaman terhadap makna sesungguhnya dari shalat yang dapat membentuk pribadi muslim yang istiqamah dan berakhlakul karimah. Sebagai tiang agama, maka harus ada makna dan nilai bagi setiap orang yang melaksanakan shalat, sebagaimana diuraikan oleh Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihyaa Ulumuddin, antara lain :
  • Hudhurul Qolbi (menghadirkan jiwa). Ketika melaksanakan shalat harus konsentrasi penuh semata-mata menghadap kepada Allah dan mengharap keridhaan-Nya. Segala hal yang bersifat keduniaan harus kita lupakan sejenak, agar kita tidak termasuk ke dalam golongan orang-orang yang celaka, karena melalaikan shalat. Firman Allah SWT : Artinya : “Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dalam shalatnya.” (Surah Al-Ma’un : 4-5)
  • Tafahhum yakni menghayati apa saja yang dikerjakan dalam shalat, baik yang berupa bacaan maupun gerakan anggota badan lainnya. Karena di dalamnya tersimpan makna pernyataan kesiapan, janji dan kepasrahan secara total kepada Allah SWT. Sebagaimana Firman-Nya : Artinya : “Sungguh, Aku ini Allah tidak ada Tuhan selain Aku. Maka sembahlah Aku dan laksanakanlah shalat untuk mengingat Aku.” (Surah Thaha : 14)
  • Ta’zhim: artinya sikap mengagungkan Allah yang disembahnya serta adanya kesadaran secara total bahwa manusia adalah sangat kecil di hadapan Sang Pencipta, Allah Yang Maha Agung.
  • Al-Khouf: yakni rasa takut kepada Allah yang dilambari rasa hormat kepada-Nya.  
  • Ar-Roja’: yakni harapan untuk mendapatkan rahmat dan ridha-Nya, dan yang ke  
  • Al-Haya’: yakni rasa malu kepada Allah, karena apa yang dipersembahkan kepada-Nya sama sekali belum sebanding dengan rahmat dan karunia yang telah diberikan-Nya kepada kita.
Hadirin jamaah jumat rakhimakumullah.

Dengan mampu menghadirkan makna dan nilai-nilai shalat di atas, maka secara bertahap akan timbul harapan bahwa akan ada hubungan timbal balik antara ibadah ritual dalam ibadah shalat sebagai tiang agama dengan nilai-nilai yang tersembunyi di dalamnya, yang akan dapat menghiasi kehidupan setiap muslim dalam kehidupan pribadi sehari-hari dan akan membias dalam kehidupan sosial kemasyarakatan sepanjang hayatnya. Semoga Allah senantiasa memberikan bimbingan kepada kaum muslimin khususnya umat Islam Indonesia, sehingga dapat melaksanakan shalat dengan baik dan benar dan dapat menjiwai nilai-nilai luhur dalam shalat sebagai pembentuk peribadi muslim yang berkwalitas.

Hadirin jamaah jumat rakhimakumullah.

Demikianlah khutbah yang dapat kami sampaikan. Mudah-mudahan apa yang telah kami sampaikan diiringi hidayah serta ridho dari Allah dan semoga Allah memberikan kita umur panjang yang terhiasi dengan amalan keshalehan. Amien

باركالله لي ولكم فى القران الكريم ونفعني واياكم بما فيه من الا يا ت والذ كر الحكيم وتقبل مني ومنكم تلو ته انه هو الغفور الرحيم

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Theme Template Blog Free | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes